Pertama kali liat karya rajutan adalah sebuah syal warna
kuning karya mamah. Itu udah lamaaa banget dan baru ngeh bahwa itu adalah
rajutan tangan. Sayangnya mamah lupa lagi gimana bikinnya. Jadinya ga bisa
belajar.
Setelah itu, saya lupa sama yang namanya rajutan. Lebih asik
dengan kristik (crosstich ternyata
istilah inggrisnya). Mulai dari gambar-gambar kecil, sampai akhirnya bikin
‘proyek besar’ hiasan dinding besar yang entah berapa bulan selesainya. Itupun
dibantu Apih yang waktu itu diam di rumah karena sakit.
Waktu itu, mamah suka beli buku pola kristik Ondori yang
Jepang punya. Di halaman belakangnya ada gambar instruksi rajutan. Ga banyak.
Tapi untuk saat itu cukup buat saya memulai proses belajar merajut (waktu itu
belum tau bedanya yang pake jarum satu and dua). Jadilah saya belajar bikin
tusuk rantai, trus apa lagi (belakangan baru tau itu namanya dc). Dibantu mamah
nyobain bikin syal. Tapi keukeuh pengennya bikin kayak syal kuning tea. Ya
udahlah. Apa aja dulu deh.
Ternyata lama ya bikin satu syal. Udah gitu benangnya habis
karena hanya memanfaatkan benang sisa. Warnanya hijau. Bagus.
Sekarang, syal yang baru sepotong itu jadi selimut barbie
anakku.
Setelah itu, merajut agak terlupakan karena kesibukan
sekolah, kuliah, kerja, menikah, punya anak, dan hal-hal lain yang lebih
menyita waktu.
Setelah menikah, punya anak, baru ketemu lagi dengan rajutan
mulai lagi deh petualangan dengan jarum dan benang. Ceritanya? Tunggu postingan
berikut ;-D
No comments:
Post a Comment